“Mah, Lara kangen papa, kapan papa datang, hiks”
“Sebentar lagi sayang, papa sedang bekerja kalau sudah selesai, pasti papa datang menemui Lara.”
Sudah kesekian kalinya, Lara menangis ketika bangun tidur pada sore hari. Sore ini anakku tersedu-sedu di atas tempat tidur, Ia bilang mimpi papanya datang dan mencium pipinya, ketika bangun Lara langsung mencari papanya, tapi tidak ada.
Aku merasakan kesedihan Lara, sudah setahun lebih papanya belum pulang, karena pekerjaan di Luar Negeri sana belum boleh untuk bisa pulang, biasanya setahun sekali pulang entah sekarang pekerjaannya sedang super sibuk. Sebagai seorang istri aku memahami kesibukan suamiku sebagai tenaga ahli pada di perusahaan asing yang sekarang sedang dibutuhkan di sana.
Sebenarnya aku diajak pindah ke Negeri dua musim itu, tapi aku memikirkan sekolah Lara karena papanya sering pindah tugas dari negara satu ke negara lainnya. Kadang setahun bisa pindah ke tiga negara, kebayang kalau kami membawa Lara pindah ke sana. Waktu Lara kecil aku ikut suamiku pindah ke Malaysia, Jerman, Arab Saudi dan beberapa negara lainnya. Ketika Lara mulai sekolah, atas seijin suami, aku menemani Lara di tanah air.
Pernah juga aku ikut suami pindah ke Vietnam dan Lara dengan keluarga besarku, menurut adikku, Lara jadi pendiam dan sering menangis akibatnya nilai di sekolah turun drastis, dengan berbagai timbangan akhirnya suamiku mengijinkan aku untuk menemani Lara.
Suamiku pernah mengajukan pindah dan menetap di tanah air tidak dikirim ke luar negeri, tapi ditolak oleh bosnya karena tenaga dan pikiran dia sangat di butuhkan, tidak semua bisa menjalankan pekerjaan suamiku, hanya 5 orang tenaga ahli yang dimiliki perusahan asing tempat suamiku mencari rezeki.
Aku pernah meminta suamiku untuk melamar ke perusahaan lain yang ada d Jakarta dan tidak pindah-pindah lagi ke Luar Negeri, sudah kenyang dari awal nikah sudah di boyong negeri orang, kalau melihat materi sudah lebih dari cukup, saatnya hidup bersama selayaknya keluarga lain.
Tapi yang punya perusahaan menolak keinginan suamiku, fasilitas di tambahi gaji dinaikkan yang penting suamiku tidak pindah. Aku pernah mengajukan juga agar suamiku merintis bisnis sendiri, suamiku sedang mempertimbangkannya. Aku pribadi gimana suamiku saja karena beliau yang menjalaninya dan aku sebagai istri harus manut.
Setiap Lara menangis seperti ini, aku hanya bisa memeluk dan menghiburnya juga mendoakan keselamatan dan kesehatan suamiku, yang sekarang sering mengeluh tangannya sakit, mungkin akibat pekerjaannya.
Entah kenapa Lara hari ini menangis begitu lama, aku berusaha vc suamiku belum dijawabnya, mungkin sedang sibuk di sana.
Ketika adzan magrib berkumandang, aku mengajak Lara untuk mendoakan papanya agar dilindungi Allah dimanapun berada.
Aku melihat Lara berdoa begitu khusu. “Mas, akan aku jaga buah cinta kita, bekerjalah dengan tenang dan segeralah pulang, karena aku juga sangat merindukanmu.” Tak terasa air mataku menetes, karena menahan rindu.
“Lara, mama juga sangat merindukan papamu sayang” bisikku.
- Sepotong Kue Untukmu - 10 September 2024
- Kenangan yang Memberi Warna - 25 April 2024
- Kesendirian, Hujan, dan Desember dalam Puisi - 13 Desember 2023
Sama-sams terimakasih sudah mampir dan menikmati tulisan ini ☺️
Terima kasih untuk ceritanya Mbak Din. Keren👍