https://images.pexels.com |
Marni
meliukkan tubuhnya mengikuti irama gamelan.
Begitu gemulai. Begitu sempurna. Dunia seperti sedang berada dalam
genggamannya. Saat dia melemparkan
kerling memikat, angin berpusar menuju ke arahnya. Ketika dia mengayunkan selendangnya ke udara,
tak sedikit daun–daun di bawah
panggung luruh dari pohonnya. Waktu dia menggerakkan
kaki tangan dan membuatnya seirama, serempak air di pancuran sendang samping rumah berhenti mengalir.
meliukkan tubuhnya mengikuti irama gamelan.
Begitu gemulai. Begitu sempurna. Dunia seperti sedang berada dalam
genggamannya. Saat dia melemparkan
kerling memikat, angin berpusar menuju ke arahnya. Ketika dia mengayunkan selendangnya ke udara,
tak sedikit daun–daun di bawah
panggung luruh dari pohonnya. Waktu dia menggerakkan
kaki tangan dan membuatnya seirama, serempak air di pancuran sendang samping rumah berhenti mengalir.
Itulah
yang terjadi jika Marni sedang latihan menari di panggung depan joglo rumahnya. Marni dan ibunya, Lastri, juga tidak tahu
kenapa itu terjadi. Ibunya
mengatakan itu kebetulan. Sedangkan
Marni menganggap itu keistimewaan. Marni
menganggap ibunya bohong. Gadis remaja
itu yakin ibunya pasti tahu sesuatu. Ini
tidak lumrah. Marni hanya kadang–kadang melihat ibunya melipat secarik kain kebaya
yang terlihat usang sambil bolak–balik menatap
dirinya dan kebaya itu bergantian.
Marni
belum pernah manggung di depan penonton yang sesungguhnya. Lastri melarang. Gadis itu masih SMA. Ibunya ingin dia berkonsentrasi sekolah. Dia tidak ingin Marni menjadi penari seperti
dirinya. Dia hanya melatih anaknya
menari sebagai kebisaan dan ketrampilan saja.
Menjadi penari memang bisa cukup menjamin hidup karena masih banyak
orang yang menyukai tarian tradisional di desa–desa.
Sehingga Lastri selalu saja mendapat order
menari. Tidak pernah sepi. Namun menjadikan anaknya berprofesi sama
sepertinya? Tidak! Marni harus jadi
dokter.
—-
Ayah
Marni sudah lama tiada. Saat Marni baru
saja bisa berjalan tertatih–tatih. Usia Lastri saat ditinggal suaminya masih
sangat muda. Penari Lastri yang
terkenal. Penari Lastri yang janda kembang.
Begitu orang–orang kaya
saat itu menyebutnya. Berduyun–duyun pemuda tampan dan mapan, pria kaya, lelaki
terkemuka, mencoba mendekati Lastri untuk mempersuntingnya. Ada yang memang jatuh cinta namun tidak
sedikit juga yang hanya ingin sekedar mencicipi tubuh molek si janda muda.
Marni sudah lama tiada. Saat Marni baru
saja bisa berjalan tertatih–tatih. Usia Lastri saat ditinggal suaminya masih
sangat muda. Penari Lastri yang
terkenal. Penari Lastri yang janda kembang.
Begitu orang–orang kaya
saat itu menyebutnya. Berduyun–duyun pemuda tampan dan mapan, pria kaya, lelaki
terkemuka, mencoba mendekati Lastri untuk mempersuntingnya. Ada yang memang jatuh cinta namun tidak
sedikit juga yang hanya ingin sekedar mencicipi tubuh molek si janda muda.
Tidak
ada satupun yang berhasil. Lastri rupanya
memutuskan bahwa jatuh cinta hanya tiga kali.
Kepada Joko, mendiang suaminya. Kepada Marni, buah hatinya. Dan yang terakhir kepada tariannya. Lastri memutuskan melanjutkan hidup berdua
dengan putrinya. Cukup dibantu oleh Mbok
Mah pembantu setianya yang mengasuh Marni saat Lastri pergi keluar desa untuk
menari.
Semua
peminang Lastri mundur teratur. Kecuali
satu orang. Juragan Minto.
Seorang juragan kaya raya yang memiliki sapi
ratusan ekor, sawah berhektar–hektar dan
toko di mana–mana. Juragan Minto jatuh hati setengah mati kepada
Lastri. Berbagai bujuk rayu dan iming–iming tak henti–henti dilakukan oleh Minto. Tak satupun mampu menggoyahkan hati
Lastri. Dia selalu menggelengkan kepala
bahkan saat mobil mewah Juragan Minto baru mau berbelok masuk rumahnya. Sudah paham apa yang akan ditawarkan Juragan
Minto saat melamar ingin memperistrinya.
peminang Lastri mundur teratur. Kecuali
satu orang. Juragan Minto.
Seorang juragan kaya raya yang memiliki sapi
ratusan ekor, sawah berhektar–hektar dan
toko di mana–mana. Juragan Minto jatuh hati setengah mati kepada
Lastri. Berbagai bujuk rayu dan iming–iming tak henti–henti dilakukan oleh Minto. Tak satupun mampu menggoyahkan hati
Lastri. Dia selalu menggelengkan kepala
bahkan saat mobil mewah Juragan Minto baru mau berbelok masuk rumahnya. Sudah paham apa yang akan ditawarkan Juragan
Minto saat melamar ingin memperistrinya.
Dua
puluh kali lebih! Barangkali. Lastri
sampai tak hapal berapa tepatnya Juragan Minto telah berbicara langsung
melamarnya. Yang dia tahu, duda klimis
kaya raya itu memang tidak akan pernah berhenti untuk mencoba meminangnya.
—-
Sampai
Marni beranjak remaja, paling tidak satu kali dalam enam bulan, Juragan Minto
akan datang ke rumah Lastri untuk melamarnya.
Jawaban Lastri selalu sama.
Marni beranjak remaja, paling tidak satu kali dalam enam bulan, Juragan Minto
akan datang ke rumah Lastri untuk melamarnya.
Jawaban Lastri selalu sama.
Sampai
akhirnya batas kesabaran Juragan Minto habis.
Cintanya yang setengah mati berubah menjadi dendam setengah mati. Saat kedatangannya yang sekian ratus kali,
Juragan Minto menggunakan kekerasan.
Centeng-centengnya yang tinggi besar menangkap tubuh Lastri yang mencoba
melarikan diri sambil menutup pintu melihat gelagat mereka yang tidak
baik. Namun terlambat. Lastri tidak bisa berteriak karena mulutnya
disekap. Dia hanya bisa meronta–ronta sewaktu diseret masuk mobil sedan mewah
Juragan Minto.
Juragan
Minto yang sudah kalap membawa Lastri ke rumahnya. Menyekapnya dalam kamar dan berulangkali
membujuk agar mau menikah dengannya.
Lastri adalah seorang penari yang mengabdikan hidupnya untuk tari. Seorang yang sangat berdedikasi. Tentu saja dia tetap menolak karena sama
sekali hatinya tidak tergerak.
Juragan
Minto semakin kalap. Jika memang Lastri
tidak mau menjadi istrinya. Orang lain
juga tidak boleh! Tapi sebelum melenyapkan janda itu, dia harus bisa menikmati
tubuhnya terlebih dahulu. Iblis telah menguasai hati Juragan Minto. Anehnya, Juragan Minto tidak akan
melaksanakan niatnya sebelum ada sebuah upacara pernikahan terlebih dahulu.
Lastri
bukannya tidak tahu. Tapi dia tidak tahu
harus berbuat apa. Kabar menghilangnya
dirinya pasti sudah diredam oleh duda kaya yang kalap itu. Meminta tolong kepada siapa? Rumah besar
Juragan Minto dikelilingi pagar tinggi.
Selain itu dia disekap di kamar besar ini. Lastri menjadi sangat putus asa. Dia tidak takut terhadap ancaman Juragan
Minto. Dia sudah memutuskan untuk
mengakhiri hidupnya sebelum juragan bejat itu berhasil menjamah tubuhnya. Dia
hanya sangat mengkhawatirkan Marni.
Bagaimana putri semata wayangnya itu bisa sendirian melanjutkan hidup. Airmata Lastri berjatuhan seiring do’anya
yang membubung tinggi menembus langit–langit kamar.
—-
Seperti
niatnya semula, Juragan Minto adalah orang keras hati yang tidak mau begitu
saja kalah terhadap hidup. Duda kaya itu
tidak mau begitu saja memaksa Lastri untuk melayaninya. Dia akan membuat seolah–olah Lastri menikah dengannya. Di benak juragan aneh itu, dia akan sah
menggauli Lastri meski dengan segala cara jika upacara pernikahan yang
disaksikan banyak orang dilaksanakan.
Juragan Minto lalu melakukan persiapan dan mengumumkan tanggal
pernikahan. Hiburannya tentu saja adalah
menanggap pertunjukan tarian yang
sangat digandrunginya. Lastri selama ini
adalah pilihan pertama orang. Tapi jika Lastri tidak bisa, maka Sastri juga
cukup sebagai penarinya.
niatnya semula, Juragan Minto adalah orang keras hati yang tidak mau begitu
saja kalah terhadap hidup. Duda kaya itu
tidak mau begitu saja memaksa Lastri untuk melayaninya. Dia akan membuat seolah–olah Lastri menikah dengannya. Di benak juragan aneh itu, dia akan sah
menggauli Lastri meski dengan segala cara jika upacara pernikahan yang
disaksikan banyak orang dilaksanakan.
Juragan Minto lalu melakukan persiapan dan mengumumkan tanggal
pernikahan. Hiburannya tentu saja adalah
menanggap pertunjukan tarian yang
sangat digandrunginya. Lastri selama ini
adalah pilihan pertama orang. Tapi jika Lastri tidak bisa, maka Sastri juga
cukup sebagai penarinya.
Hari
pernikahan tiba. Lastri didandani
sedemikian rupa sehingga sama sekali tidak mirip dirinya. Lastri terpaksa menurut. Juragan Minto membisikkan sebuah kalimat yang
sangat mengerikan di telinganya ketika dia memberontak hebat saat mau
didandani.
“Marni
yang cantik akan menjadi penggantimu jika kau tetap menolak upacara pernikahan
ini terjadi. Setelah itu Marni akan
menjadi penghuni dasar kali Mayang di desa ini.
Kau tidak mau itu terjadi kan?” Lastri hanya bisa mengangguk sambil menggigit
bibirnya menahan amarah luar biasa.
—-
Upacara
pernikahan sangat meriah sore harinya. Lastri
mengikuti semua tahapan seperti boneka. Bahkan
Pak Modin pun telah disuap Juragan Minto sehingga tidak bertanya–tanya siapa nama pengantin putrinya, mana walinya
dan sebagainya.
pernikahan sangat meriah sore harinya. Lastri
mengikuti semua tahapan seperti boneka. Bahkan
Pak Modin pun telah disuap Juragan Minto sehingga tidak bertanya–tanya siapa nama pengantin putrinya, mana walinya
dan sebagainya.
Tamu–tamu undangan mengalir di malam harinya. Semua orang menyukai pertunjukan setelah
upacara pernikahan. Hiburan gratis,
makanan gratis, gadis–gadis penari
cantik. Apalagi?
Lastri
berdebar–debar menunggu
tengah malam. Menunggu saat saat
kematiannya. Dia tidak akan sudi
disentuh orang gila itu. Dia hanya
berharap sebelum diseret masuk kamar pengantin, dia berharap masih sempat
melihat Marni di antara para penonton pertunjukan tarian. Lastri duduk di kursi pengantin bersama
Juragan Minto yang berseri–seri gembira.
Pertunjukan
dimulai. Suara gamelan mengalun lembut
lalu menghentak–hentak. Melembut lagi. menghentak lagi. Beberapa penari muda muncul menarikan tarian Mahabarata.
Menggambarkan peperangan Baratayudha
yang membangkitkan gemuruh peperangan keadilan melawan kebatilan. Penonton terkesima. Tarian ini begitu rancak dan membangkitkan
semangat.
Menjelang
tengah malam, puncak acara pertunjukan akhirnya tiba. Seorang wanita penari keluar. Sastri!
Idola kedua setelah Lastri. Suara
riuh penonton tiba–tiba
berhenti. Ini tarian mistis yang diiringi
oleh gending Lingsir Wengi. Sastri sepertinya sengaja memilih tari dan
gending ini agar tepat dengan suasana tengah malam yang melingkupi.
Wanita
penari itu meliukkan tubuhnya mengikuti irama gamelan. Begitu gemulai. Begitu sempurna. Dunia seperti
sedang berada dalam genggamannya. Saat
dia melemparkan kerling misterius, angin berpusar menuju ke arahnya. Ketika dia mengayunkan selendangnya ke udara,
tak sedikit daun–daun di
halaman rumah Juragan Minto luruh dari pohonnya. Waktu dia menggerakkan kaki tangan dan
membuatnya seirama, serempak jantung para penonton berhenti berdetak.
Lastri
terpana. Sastri sungguh luar biasa. Tariannya menciptakan magis yang luar
biasa. Mengapa orang–orang selama ini lebih memilih dia dibanding
Sastri. Padahal jelas jelas Sastri jauh
lebih memikat dan bernyawa tariannya dibanding dia. Mendadak Lastri menautkan kedua alis matanya yang indah. Kebaya itu! kebaya itu adalah kebaya robek
yang disimpan sebagai pusaka di rumahnya!
Terlihat jelas robekan itu di bagian dada. Persis miliknya!
—-
Mendekati
puncak tarian, suasana semakin miris.
Tanpa disadari oleh siapapun.
Gending Lingsir Wengi yang ditembangkan oleh Sastri sambil menari,
menyedot jiwa orang–orang. Semua orang hanya merasakan merinding tidak
berkesudahan. Lastri sendiri harus menutup
telinganya agar tidak terbawa hawa yang mengerikan ini.
puncak tarian, suasana semakin miris.
Tanpa disadari oleh siapapun.
Gending Lingsir Wengi yang ditembangkan oleh Sastri sambil menari,
menyedot jiwa orang–orang. Semua orang hanya merasakan merinding tidak
berkesudahan. Lastri sendiri harus menutup
telinganya agar tidak terbawa hawa yang mengerikan ini.
Lastri
menyaksikan betapa orang–orang yang
tidak kuat batinnya berdiri dan menari mengikuti Sastri. Hanya beberapa orang masih kuat duduk, namun
menutupi telinga mereka sekuatnya. Orang–orang yang terpengaruh tarian dan gending itu
berjalan lambat menuju panggung. Mata
mereka kosong. Gerak tubuhnya kaku–kaku seperti
mayat hidup. Tangan mereka terentang di depan tubuh membentuk cakar. Menakutkan!
Lastri bergidik.
Puluhan
orang bermata kosong menaiki panggung.
Melewati Sastri yang masih menari dan menembangkan gending Lingsir Wengi
berulang–ulang. Puluhan tubuh kaku itu langsung menuju ke
belakang panggung dimana pelaminan berada.
Puluhan cakar–cakar
mengancam itu mengarah ke leher Juragan Minto dan beberapa pengawal raksasanya
yang pucat pasi ketakutan.
orang bermata kosong menaiki panggung.
Melewati Sastri yang masih menari dan menembangkan gending Lingsir Wengi
berulang–ulang. Puluhan tubuh kaku itu langsung menuju ke
belakang panggung dimana pelaminan berada.
Puluhan cakar–cakar
mengancam itu mengarah ke leher Juragan Minto dan beberapa pengawal raksasanya
yang pucat pasi ketakutan.
Mereka
seperti terhipnotis oleh tarian. Tidak
ada satupun yang bisa melawan puluhan mata kosong, tubuh kaku dan cakar cakar
itu. menyerahkan leher mereka seperti
ayam tak berdaya. Menggelepar sekarat
tercekik nafasnya. Taria dan gending
semakin meninggi. Melengking menaiki
udara. Diakhiri dengan suara cekikikan
Sastri yang wajahnya menunduk memandang kegelapan malam.
Tarian,
gending dan suara cekikikan berakhir saat Juragan Minto dan para pengawalnya
tergeletak dengan mata membeliak dan lidah terjulur. Mati mengenaskan! Mata–mata kosong, tubuh–tubuh kaku, dan cakar–cakar para penonton yang terpengaruh tadi, kembali
tersadar. Saling pandang tanpa tahu apa
yang terjadi.
Lastri
benar–benar merinding. Namun sangat bersyukur dirinya ternyata tidak
menjadi korban kejadian mistis dan mengerikan itu. Menatap mayat–mayat bergelimpangan orang–orang yang hendak menganiaya kehormatannya. Lalu menoleh ke arah panggung untuk
berterimakasih kepada Sastri. Menerima
tatapan kasih dan senyuman Marni di sana….
Medan,
21 Mei 2017
21 Mei 2017
Latest posts by mim (see all)
- Aku tidak Sengaja - 14 Juni 2020
- Namanya Chandra - 10 Maret 2020
- Misteri Mata Merah Menyala - 9 Maret 2020
Waduh .. sambil pegangan nih bacanya!!
ebuseeettt
Mantul..
😁😁
Wah Lastri, duh Marni.
hehehe
Wuiiiiiihhhhh
wuaaahhh