Luka Pengasuhan

oleh -34 views
Luka pengasuhan biasanya tidak langsung terlihat, namun meninggalkan jejak mendalam pada kepribadian, emosi, hingga pola hubungan seseorang di masa dewasa.

Memahami, Menghadapi, dan Menyembuhkan

Bila kita mendengar kata LUKA, yang ada dalam benak kita ada rasa sakit. Ketika kita terjatuh dan badan terluka rasa sakit yang dirasa, jika luka di badan akan cepat pulih meski ada bekasnya, bagaimana dengan luka hati yang kita rasakan dari kecil?. 

Sebagian besar dari  kita mengalami luka pengasuhan, yang terbawa sampai dewasa. Mungkin kita tidak tahu harus bicara pada siapa dan kita merasa sendirian.

www.domainesia.com

Jangan sampai kita mewariskan rasa sakit hati pada anak cucu kita, kita harus memaafkan orang yang membuat kita terluka, berdamai dengan keadaan, hapus rasa dendam, oleh karena itu mari kita sama-sama mempelajari luka pengasuhan. 

Luka pengasuhan ini pertama kali saya mengetahui dari kak Muhammad Ifan Fauzi, S.A., S.Psi., M.Psi., C.MH., CT. Seorang Praktisi Psikologi Pendidikan, Direktur Lembaga Psikologi Terapan TabulaRasa. Penulis mengundang beliau untuk memberi materi pada kegiatan Parenting Class di sekolah Penulis. 

Pengertian Luka Pengasuhan

Luka pengasuhan adalah pengalaman emosional negatif yang dialami anak akibat pola asuh orang tua atau pengasuh yang tidak sehat, tidak konsisten, atau kurang memenuhi kebutuhan dasar anak. Luka ini bukan hanya berupa kekerasan fisik, tetapi juga dapat muncul dari sikap pengabaian, penolakan, kritik berlebihan, kurang kasih sayang, hingga tuntutan yang tidak realistis.

Luka pengasuhan biasanya tidak langsung terlihat, namun meninggalkan jejak mendalam pada kepribadian, emosi, hingga pola hubungan seseorang di masa dewasa.

Bentuk Luka Pengasuhan

Beberapa bentuk luka pengasuhan antara lain:

1. Pengabaian emosional – ketika orang tua tidak hadir secara emosional, meski hadir secara fisik.

2. Kritik dan tuntutan berlebihan – anak merasa tidak pernah cukup baik meski sudah berusaha keras.

3. Kurang kasih sayang – minim pelukan, dukungan, atau ungkapan cinta yang membuat anak merasa tidak dicintai.

4. Perlakuan tidak adil – membandingkan anak dengan saudara atau orang lain secara terus-menerus.

5. Kekerasan fisik maupun verbal – bentakan, hinaan, atau hukuman yang melukai harga diri anak.

Dampak Luka Pengasuhan

Luka pengasuhan dapat berlanjut hingga dewasa dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti:

–> Hubungan interpersonal – sulit percaya pada orang lain, takut ditinggalkan, atau justru bergantung berlebihan.

–> Harga diri rendah – merasa tidak cukup baik, tidak layak dicintai, atau selalu merasa salah.

–> Masalah emosi – mudah cemas, marah, atau sedih tanpa alasan yang jelas.

–> Pola pengasuhan berulang – tanpa disadari, luka pengasuhan bisa diwariskan kepada anak melalui pola asuh yang sama.

Cara Menghadapi dan Menyembuhkan Luka Pengasuhan

Meskipun menyakitkan, luka pengasuhan dapat dipulihkan dengan kesadaran dan usaha. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:

1. Mengenali luka – menerima bahwa luka itu nyata dan berpengaruh pada diri.

2. Memberi ruang pada perasaan – izinkan diri merasakan emosi tanpa menekannya.

3. Belajar membangun batasan sehat – menjaga diri dari pola hubungan yang merugikan.

4. Mengganti pola pikir – melepaskan keyakinan lama seperti “saya tidak cukup baik” dengan afirmasi positif.

5. Mencari dukungan – berbagi dengan orang terpercaya, komunitas, atau mencari bantuan profesional seperti psikolog/terapis.

6. Mengasuh diri sendiri (self-parenting) – memberi kasih sayang, perhatian, dan penghargaan pada diri yang dulu tidak didapatkannya.

Contoh Nyata Luka Pengasuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Rina, 25 tahun

Sejak kecil Rina sering dibandingkan dengan kakaknya yang lebih berprestasi. Setiap nilai ulangan yang ia dapat selalu dianggap kurang. Kini, meski sudah bekerja dengan baik, ia sering merasa tidak pernah cukup dan takut gagal. Luka pengasuhan membuat Rina sulit merasa bangga pada dirinya sendiri.

2. Andi, 30 tahun

Orang tua Andi jarang menunjukkan kasih sayang secara verbal maupun fisik. Saat kecil, ia jarang dipeluk atau mendengar kata “sayang”. Akibatnya, saat dewasa Andi sulit mengekspresikan cinta pada pasangan dan sering merasa canggung saat harus menunjukkan afeksi.

3. Siti, 28 tahun

Siti tumbuh dengan orang tua yang sering marah-marah dan menggunakan kekerasan fisik sebagai hukuman. Kini, ketika menjadi ibu, ia menyadari mudah sekali meledak pada anaknya. Tanpa disadari, pola pengasuhan keras yang ia terima terbawa dan hampir terulang kembali pada generasi berikutnya.

Cara Menghadapi dan Menyembuhkan Luka Pengasuhan

1. Mengenali luka – menyadari sumber luka tanpa menyalahkan diri sendiri.

2. Memberi ruang pada perasaan – mengizinkan diri menangis, marah, atau sedih.

3. Membangun batasan sehat – berani berkata “tidak” pada perlakuan yang menyakiti.

4. Mengganti pola pikir negatif – melatih diri dengan afirmasi positif.

5. Mencari dukungan – bercerita pada teman, komunitas, atau psikolog.

6. Self-parenting – belajar memberi kasih sayang pada diri sendiri, seperti pelukan, apresiasi, dan perhatian yang dulu tidak pernah diterima.

ADSN1919

Rumah Fiksi 1919
Latest posts by Rumah Fiksi 1919 (see all)

Tentang Penulis: Rumah Fiksi 1919

Gambar Gravatar
Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena akan membuatku binasa secara perlahan