Nyi Oneh tinggal di kampung yang jauh ke mana-mana, kampungnya sangat terpencil dan hanya kendaraan roda dua saja yang bisa masuk ke kampungnya, itu juga tidak sembarang motor yang bisa masuk ke kampungnya, karena kondisi jalannya masih berupa tanah merah dan sangat licin, apalagi jika sudah tersiram oleh air hujan.
Di kampung yang masih jauh dari kata maju itu Nyi Oneh tinggal bersama suaminya dan mereka belum dikaruniai anak, padahal sudah berumahtangga lebih dari 15 tahun. Nyi Oneh badannya kurus kering karena sering makan dengan garam, begitupun dengan suaminya Nyi Oneh, kang Aden.
Para tetangga kurang suka sama Nyi Oneh, karena mulutnya yang tidak bisa di jaga. Kalau sudah ngomongin orang, itu mulut bisa sampai 5 centimeter monyongnya kedepan, dan tak akan berhenti membicarakan orang sampai kang Aden sering meninggalkannya tidur karena begitu kesal mendengar ocehannya.
“Kang, Liat tuh tetangga sebelah, setelah dia datang sawah jadi sering kekeringan, panennya turun terus, eh itu si Lasmi perempuan pembawa sial ya kang, bukannya pas datang produktif ini malah engga, ga ada yang mau nikah sama si Lasmi janda dua anak, perempuan pembawa sial.”
Kang Aden hanya diam campur kesal karena Nyi Oneh ga pernah bosan membicarakan tetangga barunya itu. Di mata Kang Aden ga ada yang salah dengan kehidupan tetangganya itu, mereka adem ayem, ramah dan sopan ini malah istrinya yang selalu kepanasan, untungnya apa bagi dia.
Istrinya kalau udah ngoceh akan sulit di suruh diam, Kang Aden jawab malah tambah panjang, yang paling aman itu lebih baik diam bahkan meninggalkannya tidur ketika istrinya itu sedang ngomel-ngomel berkepanjangan.
Karena tiap hari Nyi Oneh ngomongin tetangganya terus, lama-lama kang Aden tidak betah di rumah. Kang Aden lebih betah melamun di saung yang berada di tengah sawah daripada berdiam di rumah mendengarkan celotehan istrinya.
Belum lama ini Nyi Oneh sibuk mengintai tetangganya, sampai Ia lupa masak, padahal kang Aden sudah metik kangkung di sawah dan mengambil tutut sawah. Ini bukan sekali dua kali, Nyi Oneh sibuk dengan urusan yang bukan menjadi urusannya, hingga akhirnya urusan rumah tangganya terbengkalai dan kang Aden tidak terurus.
- Sepotong Kue Untukmu - 10 September 2024
- Kenangan yang Memberi Warna - 25 April 2024
- Kesendirian, Hujan, dan Desember dalam Puisi - 13 Desember 2023
Ceritanya bikin penasaran.
Ditunggu kelanjutannya
Bu Tuti tinggal di klik 😁 langsung tuntas tas tasss 😁
Keren, cerita nya hampir tidak ketebak alur cerita jika tidak membacanya sampai tuntas😅👍
Hehehe biar pembaca terbiasa tuntas dalam membaca supaya mendapat cerita itu utuh tidak setengah-setengah 😁 makasih sudah mampir 😀
Sip
Terimakasih