Sang Penjaga Rasa

oleh -206 views
Sang Penjaga Rasa
Sang Penjaga Rasa

Sang Penjaga Rasa

Awan perlahan menghilang, berganti gelap, sepi beranjak menemani senja yang bergerak menuju malam.

Dari tempatku berdiri, bisa kulihat semua proses kejadian, putaran waktu merubah kehidupan, aku sadar, bahwa semuanya memang harus melewati proses untuk bisa sampai ke tujuan.

www.domainesia.com

Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan melewati proses kehidupan, walau mungkin proses yang dijalaninya tidak sama antara satu dengan yang lainnya.

Tidak memandang sebelah mata pada kehidupan yang tengah dijalani oleh seseorang adalah kunci hidup dari kehidupan itu sendiri, karena sesungguhnya, semua yang terjadi diatas muka bumi ini sudah pasti sesuai dengan yang tercatat di alam sana.

Aku percaya bahwa ada hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian. Rasa sakit tatkala merasa begitu terhina akibat pengabaian terkadang membuat seseorang lupa diri, bahwa sesungguhnya ada hikmah yang bisa dipetik sebagai bahan pelajaran ruhani.

Hai Jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah engkau kepada Tuhan mu dengan sabar dan iklas.

Bagi jiwa-jiwa yang tenang, Jiwa -jiwa yang sudah mencapai puncak dari kesadaran spritualnya, rasa mereka mampu membuka tabir dari setiap misteri kehidupan yang ada, hingga merasa tak lagi perlu untuk menjelaskan kepada semuanya, kepada orang-orang yang masih berprasangka buruk pada sesama.

Bersama Jiwa-jiwa yang tenang lainnya, aku percaya bahwa “Urip iku urup . Percaya bahwa sesungguhnya; hidup ini haruslah dapat memberi manfaat bagi yang lainnya, Ibarat nyala lilin yang dengan terangnya mampu menyinari sekitarnya.

Menurutku, hidup yang sesungguhnya hidup hanyalah tentang bagaimana cara kita “melihat dunia ini dari sudut pandang yang berbeda”. Karena sesungguhnya hidup ini adalah suatu perjalanan, sebagai mana sang waktu yang terus berjalan, menyusuri pagi, menyapa siang dan menghampiri malam hingga pada waktu yang sudah ditentukan akan sampai di tujuan.

Bersama kekasihku yang tak lain adalah sang waktu, kembali kulihat kerlip bintang kejora di atas langit sana, bintang kejora yang kulihat mampu menyatukan rasa, hingga semua anak-anak manusia dari berbagai belahan dunia terkesima.

Udara terasa semakin dingin ketika di malam yang begitu sunyi ini kekasihku berbisik, “Lihatlah Ia dengan rasa, niscaya akan engkau temukan ada keagungan Tuhan Yang Maha Berkehendak di sana.”

Sesaat aku bagaikan orang yang baru saja terjaga! Diantara gemerlap cahaya ribuan bintang, aku tengah berdiri di suatu tempat yang oleh para penghuni di dalamnya diberi nama dengan dunia rasa. Dari tempatku berada, bisa kulihat bahwa para penghuni dunia rasa telah berhasil mengguncang dunia nya para bintang, dapat kurasakan gegap gempita disana, saat semua orang didalamnya mampu memahami antara satu dengan yang lainnya.

Tanpa terasa, air mataku menetes jatuh ke pipi, ikut larut dalam percakapan rasa. “Ya Tuhan ku, pemilik rasa dan cinta, jika ini adalah mimpi, maka bangunkanlah aku nanti bersama orang-orang yang berasal dari dunia rasa ini.”

Sesaat aku terdiam, berusaha menahan deburan ombak yang menghantam karang-karang keangkuhan diri.

Sang waktu terus berjalan, berjalan cepat sambil menggenggam erat jemari tanganku, melewati kerumunan masa di dunianya para bintang lalu berhenti, tempat dimana panca indra ku mampu mendengar kepak sayap burung merpati, burung merpati yang kulihat sedang bertengger di atas pagar, pagar pembatas antara dunia nyata dan dunia rasa.

Dengan rasa kutatap burung merpati yang tengah mengamati keberadaanku itu dengan seksama, bisa kulihat tatapan mata penuh selidik itu tengah berusaha menelanjangi diriku dan sang waktu yang berada ditempat ini.

Dari pantulan cahaya mata sang waktu, sekilas bisa kulihat ada prasangka di kedua kelopak mata orang – orang yang tidak menghendaki kehadiranku.

Udara dingin masih terasa menusuk tulang ketika tanpa senyuman sang waktu menatap kepergian, burung merpati yang berusaha mencuri dengar percakapan.

Dari salah satu bilik di dalam rumah “Tuhan”, tempat pertama kali kubertemu dengan Sang Kekasih Hati, dari balik hijab yang terbuka, mataku kembali menatap ke arah langit malam, langit malam yang kini telah dihiasi oleh ribuan bintang.

“Ya Tuhanku yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan seru sekalian alam, Tuhan Pemilik Alam Rasa dan Kehidupan, dengan kesempurnaan milik-Mu, aku mohon jagalah hati dan rasa ini agar terhindar dari godaan prasangka buruk yang menyesatkan.”

Bersama sepi, ditemani malam dan ribuan bintang, aku dan kekasih hati yang kusebut sebagai Sang Penjaga Rasa terus berjalan, menyusuri jalan – jalan kehidupan, meninggalkan Anak – anak manusia yang masih menangis dan juga tertawa, ada suka juga duka kulihat dari mereka – mereka yang selama ini masih larut dalam buaian prasangka karena salah menilai ciptaan Yang Maha Pencipta.

Putri Ariani – Loneliness ( Official Music Video )

Lautan Kata 1919

Rumah Fiksi 1919
Latest posts by Rumah Fiksi 1919 (see all)

Tentang Penulis: Rumah Fiksi 1919

Gambar Gravatar
Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena akan membuatku binasa secara perlahan

Response (1)

Tinggalkan Balasan