Aku dan Orang-orang Yang Tidak Pernah Melihat Kehadiranku

oleh -255 views
Aku dan Orang-orang Yang Tidak Pernah Melihat Kehadiranku
Aku dan Orang-orang Yang Tidak Pernah Melihat Kehadiranku

Aku dan seorang Ibu yang kehilangan Anaknya

Sayup-sayup telingaku seperti mendengar alunan suara musik, yang sudah tidak asing lagi di gendang telingaku ini. Tertarik oleh suara musik itu, mataku melihat ke arah di mana sumber suara itu berada.

Dan begitu mataku berkedip, maka saat itu juga aku telah berpindah ke tempat lain.

www.domainesia.com

Saat ini aku sedang berada di dalam rumah. Sepertinya aku sedang berada di ruang keluarga.

Di dalam ruang keluarga itu, mataku tertuju pada seorang wanita sedang asik memainkan Smartphone[ii]-nya.

Perlahan, kudekati wanita yang sedang berbaring di atas kursi Sofa sambil mendengarkan musik yang berasal dari Smartphone di tangannya itu.

Tak jauh dari tempat wanita itu berada, kulihat seorang anak kecil sedang belajar berjalan, tertatih-tatih, anak kecil itu terus berjalan ke belakang, tanpa sepengetahuan wanita yang sedang asik dengan Smartphone-nya.

Anak kecil itu terus berjalan ke belakang

Di bagian belakang ruang keluarga yang sepertinya kamar mandi mereka, kulihat ada bak besar yang di pakai untuk menampung air untuk mandi oleh penghuni di rumah ini.

Mataku terus mengikuti pergerakan anak kecil yang terus saja berjalan mendekati bak mandi di belakang sana.

Sambil menghela nafas, kulihat anak kecil itu tengah berusaha memanjat bak mandi di depannya.

Mata kecil itu kulihat tengah memperhatikan bayangan anak seusianya, yang dilihatnya seperti sedang mengajaknya bermain di dalam air.

Tangan mungilnya itu berusaha menjangkau bayangannya sendiri, mungkin dikiranya itu adalah temannya yang sedang mengajak bercanda.

Tangan mungilnya itu terlihat semakin bersemangat untuk menjangkau bayangannya sendiri, dia terus berusaha untuk menaiki bak penampungan air.

Entah bagaimana caranya. Tiba-tiba saja kulihat dia sudah berhasil naik ke atas bak mandi berisi air itu dan.

Byurr..

Tubuh mungil itu terjatuh, masuk ke dalam bak penampungan air yang cukup dalam untuk ukuran tubuh mungilnya.

Aku berlari. Berusaha menolongnya. Tapi apa daya, kedua tanganku ini sepertinya terlalu halus untuk dapat menyentuh tubuh mungil yang sedang berjuang keras agar tidak tenggelam itu.

Aku berlari ke ruang tengah, mendatangi wanita yang kulihat masih asik memainkan smartphone miliknya.

Aku berteriak, mencoba mengatakan pada wanita di atas kursi sofa itu, bahwa ada anak kecil sedang tenggelam di dalam bak mandi di belakang sana.

Suaraku sepertinya terlalu halus, sehingga kedua telinganya itu seperti tidak mampu untuk menangkap suaraku.

Aku mencoba merebut Smartphone di tangannya. Tapi, seberapa kuat aku berusaha, tetap saja aku tidak berhasil menjamah benda dan tubuh wanita di atas sofa ini.

Melihat semua usahaku terasa sia-sia, sedikit cemas aku berlari kebelakang.

Kulihat anak kecil yang tadi masuk kedalam bak mandi itu, sedang berusaha naik ke atas, agar tidak tenggelam, tapi apa daya, tubuh mungilnya itu terlalu lemah untuk bisa naik ke atas tanpa bantuan orang dewasa.

Gerakan tubuh mungil itu kulihat semakin lama semakin melemah. Sepertinya dia sudah mulai kehabisan tenaga!

Perlahan tubuh mungil itu kulihat mulai tenggelam ke dalam bak penampungan air, sempat kudengar suara tersedak beberapa kali, sebelum air di dalam bak yang itu kulihat mulai masuk dari mulut dan kedua lubang hidungnya.

Air di dalam bak mandi itu kulihat mulai mengisi sebagian paru-paru kecilnya.

Perlahan-lahan tubuh mungil itu mulai diam tak bergerak, sebelum akhirnya mengapung dengan posisi wajah telungkup di dalam air bak kamar mandi.

Tak berapa lama kudengar suara wanita yang tadi kulihat sedang asik memainkan Smartphone-nya itu memanggil-manggil nama seseorang.

Wanita yang tadi kulihat sedang duduk di atas kursi sofa itu kudengar menjerit.

Dadaku terasa begitu sesak melihat semua kejadian yang berlangsung begitu cepat di depan kedua mataku ini.

Adegan selanjutnya, wanita yang beberapa waktu tadi sedang senyum-senyum sendiri sambil memainkan Smartphone di tangannya itu, saat ini kulihat sedang menangis sambil terus memanggil-manggil nama putranya.

Tidak tahan melihat kesedihan di depan mataku berlangsung lebih lama. Mataku berpaling ke tempat lain.

Diantara suara musik yang masih terdengar pelan dari Smartphone yang tergeletak di atas lantai ruang tengah. Aku berjalan, meninggalkan perempuan muda yang sedang meratapi kematian putranya, mendatangi sekelompok wanita yang sebagian besar mengenakan kerudung berwarna merah menyala, kulihat mereka sedang berorasi di suatu kota.

Bersambung

Tentang Penulis: Warkasa 1919

Gambar Gravatar
Ruang Berbagi & Informasi