Hari Bahagia

oleh -98 views

Hari Bahagia

Kaki-kaki mungil berlarian di atas permadani hijau
Telapak kaki terasa dingin ketika embun mencengkramnya
Tawa bahagia terdengar ditemani secangkir kopi susu
Mata bening menatap penuh pengharapan

Tak mengapa rambut lengket terkena panas mentari
Jemari saling menggenggam erat seolah terkena lem
Berulangkali ribuan pertanyaan dilontarkan
Berulangkali pula jawaban terdengar penuh kesabaran

www.domainesia.com

Sepasang tangan memohon ampunan dengan bibir bergetar
Penyesalan melontarkan kata yang tak sebenarnya
Makanan dan minuman bercampur ramuan
Maksud hati…, ahh berbalik semua

Nasi sudah menjadi bubur dan tak bisa kembali menjadi nasi
Tinggal meracik kembali bubur agar rasa menjadi nikmat
Air mata penyesalan terlihat jelas sangat jelas
Ternyata tak seperti prasangka yang mencongkol di pikiran

Mata sering tertipu, hitam terlihat putih dan putih terlihat hitam
Waktu telah menjawabnya, terhalang gengsi untuk mengakui
Ribuan pujian menikam dari belakang
Ribuan hinaan terlontar dibalas doa terbaik

Kaki-kaki mungil terus berlarian meski embun membasahi kakinya
Kertas itu masih putih tergantung goresan yang digoreskan
Ada masanya kaki akan berhenti melangkah
Menikmati kesunyian di dunia aksara

Jangan merasa lebih baik dari para pendosa
Merasa paling, bisa tergelincir dalam neraka
Tuhan Maha Pengampun yang selalu mengampuni para pendosa yang bertaubat
Serta yang merasa paling baik belum tentu mencium bau surga

Tutuplah semua tuduhan yang belum tentu benar
Menilai buruk manusia lain seolah menjadi Tuhan
Tak ada yang tau manusia yang dinilai buruk itu menangis mengingat dosa-dosanya
Dan sang penilai lengah karena merasa lebih baik dan sibuk mencari kesalahan lainnya

Ketika mulut terkunci, hanya anggota badan lain yang berkata jujur
Mulut pengadu domba terkunci selamanya penuh penyesalan
Air mata tak membuat luluh yang melihat
Terlambat sudah, Tuhan memberikan kenikmatan yang disia-siakan

Kaki-kaki berlari mendekat sepasang tangan memeluk erat
Tuhan membayar kontan
Salah satu doa manusia terjawab sudah
Embun di kaki mengering sudah

Hari bahagia seperti langit yang cerah
Awan hitam perlahan hilang tertiup angin
Menikmati kehangatan mentari
Diiringi nyanyian burung-burung yang terbang menuju pulang

Adsn1919

Rumah Fiksi 1919
Latest posts by Rumah Fiksi 1919 (see all)

Tentang Penulis: Rumah Fiksi 1919

Gambar Gravatar
Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena akan membuatku binasa secara perlahan

Response (1)

Tinggalkan Balasan