Tiga Pembahasan yang Perlu Dihindari Ketika Bersilaturahmi

oleh -247 views

Tiga Pembahasan yang Perlu Dihindari Ketika Bersilaturahmi

Lebaran dan Bersilaturahmi

Lebaran tahun ini terasa berbeda, untuk pertamakalinya, setelah dua tahun kita dilarang untuk pulang kampung karena Covid-19.

www.domainesia.com

Selama dua tahun kita berlebaran hanya di rumah, tahun ini Alhamdulillah kita bisa kembali pulang kampung dan bertemu secara langsung dengan orangtua dan handai tolan.

Tentu bertemu secara langsung adalah waktu yang kita tunggu-tunggu, bisa langsung bertatap wajah dengan mereka. Bisa tertawa dan saling berbagi cerita. Karena lama tak bersua dan kita tidak mengetahui ada masalah apa ketika dua tahun tak bersua.

Beberapa pertanyaan ini perlu kita hindari agar tidak merusak acara silaturahmi.

Membahas Status

“Kapan nikah?”
“Kok belum nikah-nikah sih”
“Itu si B udah nikah lho, kan seumuran”
“Ga laku ya?”
“Ada masalah apa kok bisa pisah ma si F.”
Dan rentetan pertanyaan lain, seolah semua mata memandang yang ditanya.

Maksud penanya mungkin baik dan perhatian, tapi orang yang ditanya sangat tidak nyaman.

Bisa saja orang yang kita tanya baru putus dengan pacarnya atau sedang ada masalah dengan pasangannya.

Jangan terlalu kepo dengan masalah pribadi seseorang. Tidak semua orang suka ditanya masalah pribadi. Kalau yang kita ajak bicara tidak nyaman, lebih baik stop pertanyaan seperti itu dan alihkan dengan pembicaraan umum yang menyenangkan.

Membahas Masalah Kerjaan atau Jabatan

Ketika kita berkumpul dengan keluarga besar, sangat bijak bila kita melepas jabatan kita. Apakah jabatan jenderal, Walikota, Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Seksi, Kepala Sekolah atau jabatan yang lainnya.

Manfaat bersilaturahmi itu supaya kita dan keturunan lebih dekat dan mengenal satu sama lain, selain momen hari raya sangat jarang kita bertemu atau berkumpul karena disibukkan dengan urusan duniawi.

Ajang silaturahmi ini akan rusak bila masih membawa-bawa jabatan, karena tidak semua keluarga kita seberuntung yang lain. Jangan sampai ada rasa minder pada keluarga kita yang lainnya.

Apalagi sampai membahas finansial.
“Gajinya berapa?”
“Tiap bulan mengeluarkan zakat berapa?”
“Ngasih apa ke orang tua?”
“Anak saya gajinya besar lho padahal baru kerja”
“Saya ngasih hadiah lebaran ke orang tua ini itu, kok kamu ngasih orang tua hanya segitu sih.”
Dan bla…bla…bla… rentetan pertanyaan lainnya.

Rumah Fiksi 1919
Latest posts by Rumah Fiksi 1919 (see all)

Tentang Penulis: Rumah Fiksi 1919

Gambar Gravatar
Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena akan membuatku binasa secara perlahan