Hujan Badai yang mengingatkanku Agar Berhati-hati dalam Berbicara
Siang itu terasa panas, aku dan para guru pulang ke rumah masing-masing, menjelang tengah malam aku pergi ke statsiun menuju Depok. Sesampai di statsiun entah mengapa tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya, suara petir menggelar diiringi angin besar.
Sampai di dalam kereta aku tidak punya pikiran macam-macam. Ketika kereta yang aku tumpangi meninggalkan kota Cirebon, tiba-tiba hujan badai berhenti, aku mengucap Hamdallah. Sampai keesokan harinya aku melihat di medsos akibat hujan badai semalam, banyak pohon-pohon besar tumbang, atap warung beterbangan, sampai pohon mangga di Korwil Pendidikan Kecamatan Kesambi ikut tumbang.
Di Depok aku teringat dengan ucapanku yang bilang, “Akan ada hujan badai kalau pak Fulan makan dan minum”, intinya kalau aku melihat pak Fulan makan dan minum, akan ada hujan badai. Aku berpikir apa ini karena ucapanku, tapi aku bukan orang sakti atau yang ilmu agamanya mumpuni, aku hanya wanita biasa yang banyak dosa.
Kejadian hujan badai pas banget (kebetulan) setelah siangnya aku melihat pak Fulan makan dan minum.
Hikmah yang bisa diambil
Dari kejadian di atas terdapat pelajaran bahwa kita dilarang bicara sembarangan, apalagi bermain-main dengan sumpah.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan saling mengingatkan.
ADSN1919
- Kenangan yang Memberi Warna - 25 April 2024
- Kesendirian, Hujan, dan Desember dalam Puisi - 13 Desember 2023
- Selamat Hari Guru Nasional 2023! - 24 November 2023